Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia adalah agama terakhir yang Allah SWT ridhai dan sempurnakan. Kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir jaman telah tertulis dalam kitab-kitab samawi sebelum Al Qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS ataupun Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa AS
Terlebih lagi telah dibenarkan dari para penganut-penganutnya yang
masih memiliki kejujuran dan keimanan yang benar untuk mengikuti dan
membela agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman (artinya):
“Dan
ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata: “Hai Bani Isra’il,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab
yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan
datangnya seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad).” (Ash Shaff: 6).
Selain itu pula Allah SWT menjadikan umat Islam sebagai umat yang adil dan umat pilihan dari seluruh umat manusia. Sebagaimana Allah SWT berfirman (artinya):
“Dan
demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat
yang adil (pilihan) agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia.” (Al Baqarah: 143).
Para pembaca –semoga Allah SWT
limpahkan rahmat-Nya kepada kita semua–, sebentar lagi kaum Nashrani
akan memperingati hari wafat Isa Al Masih (sesuai sangkaan mereka)
tepatnya pada tanggal 25 Maret. Perhatikanlah!!! Sejauh manakah
keabsahan sangkaan mereka ini? Dan siapakah umat yang adil di dalam
mensikapi Nabi Isa AS, apakah umat Islam, Yahudi, ataukah Nashrani? Simaklah keterangannya pada edisi kali ini.
Prinsip Islam Tentang Para Rasul
Merupakan bentuk dari rahmat Allah SWT,
diutusnya para Rasul kepada setiap umat dan diturunkannya kepada mereka
kitab-kitab suci sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Realisasi dari
rasa syukur terhadap rahmat Allah SWT
itu adalah dengan beriman kepada mereka dan tidak membedakan satu
dengan yang lainnya, yaitu dengan mengimani sebagian Nabi dan
mengingkari sebagian yang lainnya. Allah SWT berfirman (artinya): “Katakanlah
: Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan
anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para Nabi
dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka
dan hanyalah kepada-Nya kami menyerahkan diri.” (Ali Imran: 84).
Keutamaan Keluarga Imran Di Sisi Allah SWT
Di antara keutamaannya adalah:
1. Keluarga Imran merupakan salah satu keluarga yang Allah SWT lebihkan di atas segala umat (di masa mereka). Allah SWT berfirman (artinya): “Sesungguhnya
Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran
melebihi segala umat (dimasa mereka masing-masing).” (Ali Imran: 33).
2. Maryam binti Imran yaitu ibu Nabi Isa AS merupakan wanita shalihah, yang Allah SWT memilihnya dan mensucikannya, memberi rizki secara langsung kepadanya, serta melebihkan derajatnya di atas segala wanita di dunia. (Lihat Ali Imran: 37,42).
dan Rasulullah SAW bersabda:
حَسْبُكَ
مِنْ نِّسَاءِ الْعَالَمِيْنَ أَرْبَعٌ : مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ ، وَ
آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ ، وَخَدِيْجَةُ بِنْتُ خُوَيْلَدٍ ، وَ
فَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ
“Cukup
bagimu, dari (sebaik-baik) wanita di alam ini ada empat, yaitu Maryam
binti Imran, Asiyah istri Fir’aun, Khadijah binti Khuwailid dan Fathimah binti Muhammad.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi).
3. Isa AS,
selain ia diangkat menjadi seorang nabi, ia pun termasuk dari 5 nabi
yang tergolong Ulul Azmi. Diturunkan kepadanya kitab suci Injil, karena
tidak setiap Nabi diturunkan kepadanya kitab suci. Allah memberikan
kepadanya mu’jizat-mu’jizat yang cukup banyak yaitu menyembuhkan orang
yang buta, orang yang berpenyakit sopak (kulit), menghidupkan orang yang
sudah mati dengan izin Allah SWT seperti dalam surat Ali Imran ayat ke 49 dan mu’jizat-mu’jizat lainnya yang disebutkan dalam Al Qur’an.
Tinjauan Yahudi Dan Nashrani Terhadap Nabi Isa AS
Sebenarnya kaum Yahudi benar-benar mengenal tentang kenabian Isa u,
kesucian dan kemuliaan ibunya yaitu Maryam binti Imran. Namun sikap
hasad, arogan dan brutal yang diwarisi turun menurun dari nenek moyang
kaum Yahudi, menyebabkan pengingkaran mereka kepada Nabi Isa AS
yang diutus kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Mereka
menuduh Isa sebagai anak zina dari seorang wanita pezina, mengusir Isa
dan ibunya, sampai akhirnya mereka meyakini telah berhasil membunuh dan
menyalibnya. Memang inilah watak asli mereka yang merubah-rubah ayat-ayat Allah SWT dan membunuh para nabi seperti Nabi Isa AS, Yahya AS dan nabi-nabi sebelumnya.
Sebaliknya
kaum Nashrani, mempercayai orang-orang Yahudi, bahwa mereka telah
berhasil menyalib dan membunuhnya. Dengan kebodohan mereka (kaum
Nashrani), setelah peristiwa tersalibnya Nabi Isa AS (sesuai persangkaan mereka) lahirlah keyakinan-keyakinan kufur yang tidak mungkin berasal dari Nabi Isa AS,
seperti keyakinan bahwa Isa adalah anak Allah, keyakinan Isa itu adalah
Tuhan atau keyakinan Trinitas (salah satu dari yang tiga).
Para pembaca, nampaklah disini dua sudut pandang yang sangat bertolak belakang yaitu:
Pertama, orang-orang Yahudi yang terjatuh dalam sikap tafrith yaitu pelecehan dan penghinaan yang berlanjut pada upaya pembunuhan mereka terhadap Nabi Isa AS.
Kedua, orang-orang Nashrani yang terjatuh dalam sikap ifrath (ekstrim) yaitu meninggikan derajat seorang nabi melebihi dari yang semestinya, yaitu keyakinan bahwa Isa adalah anak Tuhan, Tuhan itu sendiri, ataupun Trinitas.
Adapun menurut agama Islam maka Isa AS adalah seorang manusia yang diangkat menjadi nabi dari nabi-nabi Allah SWT. Adapun Isa AS dilahirkan dari seorang ibu tanpa bapak, maka itu sangat mudah bagi Allah SWT. Bukankah Adam AS diciptakan tanpa ibu dan bapak? Bahkan Nabi Isa AS sendiri yang membantah logika-logika orang-orang Yahudi maupun Nashrani. Di dalam surat Maryam Allah SWT memberitakan dialog orang-orang Yahudi dengan Nabi Isa AS yang masih dalam ayunan ibunya, (artinya):
“Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil), dan dia menjadikan aku seorang Nabi.” (Maryam: 30).
“Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia.” (Maryam: 36).
“Dan ingatlah ketika Alah berfirman: “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikanlah Aku dan ibuku dua sesembahan selain Allah? Isa menjawab: “Maha suci Engkau,
tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah
mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara-perkara yang ghaib.” (Al Maidah: 116).
Benarkah Nabi Isa AS Wafat ?
Tidak, keyakinan agama Islam adalah bahwa Isa AS masih hidup. Allah SWT
mengangkat ruh dan jasadnya ke langit, sehingga batallah sangkaan kaum
Yahudi yang mengklaim telah berhasil menyalib dan membunuhnya. Demikian
pula sangkaan kaum Nashrani bahwa beliau telah wafat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Dan
disebutkan pula dalam hadits shahih bahwa Isa akan turun di menara
putih sebelah timur Damsyiq dan akan membunuh Dajjal. Barangsiapa yang
ruhnya telah berpisah dari tubuhnya, maka tubuhnya tidak akan turun dari
langit. Dan jika ia hidup kembali, maka ia akan dibangkitkan dari
kuburnya.
Adapun firman Allah SWT
(artinya): “Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir
ajalmu, dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari
orang-orang yang kafir.” (Ali Imran: 55). Maka ayat ini menunjukkan
bahwa yang dimaksud dengan sinyalemen di atas bukanlah al maut (kematian).
Sebab jika yang dimaksud adalah kematian, maka Isa sama dengan orang
mu’min yang lainnya, yaitu diambil ruhnya saja lalu dibawa ke langit.
Kalau demikian, maka tidak ada keistimewaan Isa dibanding orang lain.
Begitu pula dengan firman-Nya (artinya): “Membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir.” (Ali Imran: 55). Kalau
yang dimaksud adalah ruhnya berpisah dari tubuhnya, maka tubuhnya itu
masih berada di bumi sebagaimana halnya tubuh para Nabi dan lainnya.
Dalam
ayat lain Allah berfirman (artinya): “Mereka tidak membunuhnya dan
tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang
diserupakan dengan Isa. sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham
tentang pembunuhan Isa, benar-benar dalam keraguan-raguan tentang yang
dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh
itu, kecuali mengikuti prasangka belaka, mereka tidak pula yakin bahwa
yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi yang sebenarnya, Allah telah
mengangkat Isa kepada-Nya.“ (An Nisaa’: 157-158).
Yang semuanya itu (ayat-ayat di atas) memberikan penjelasan bahwa Allah I
mengangkat tubuh dan ruhnya sebagaimana halnya ia (Isa) akan diturunkan
dengan tubuh dan ruhnya seperti yang disebutkan dalam hadits yang
shahih. … Dan (lafadz at Tawaffi yang secara bahasa bermakna mematikan
–red) selain itu juga bisa dimaknakan dengan memegang ruh ketika tidur.
Seperti firman-Nya (artinya): “Allah memegang jiwa orang ketika matinya
dan memegang jiwa orang yang belum mati pada waktu tidurnya.” (Az Zumar:
42).
Dan
juga firman-Nya: “Dan Dia-lah yang mentawaffikan (menidurkan) kamu pada
malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari.
(Al An’am: 60). (Majmu’ Fatawa 4/322-323). Sehingga makna ayat إِنَّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ dalam surat Ali Imran: 55 … yaitu: ‘Sesungguhnya Aku memegang ruh dan tubuhmu dan Aku mengangkat kamu kepada-Ku.”
Adapun firman Allah (artinya): “Tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepada Isa sebelum kematiannya.” (An
Nisaa’: 159). Maka yang dimaksud dengan sebelum kematian Isa bin Maryam
disini adalah kematiannya di akhir jaman, setelah diturunkan kembali
oleh Allah di muka bumi untuk memerangi Dajjal, menghancurkan salib, dan
membasmi babi. Demikianlah tafsir Ibnu Abbas t
yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At Thabari dan dikuatkan oleh Al
Hafizh Ibnu Katsir di dalam tafsirnya 2/590. Maka dari itu, batallah pengakuan
orang-orang Yahudi bahwa: mereka telah membunuh Isa, dan menyalibnya.
Dan batal pula pembenaran orang-orang yang mempercayai mereka -bahwa Isa
telah terbunuh- dari kalangan orang-orang Nashrani yang bodoh dan tidak
mengerti permasalahan ini. Bahkan Allah memberitahukan bahwa perkaranya
tidak demikian, tetapi ada seseorang yang diserupakaan oleh Allah
dengan Isa, lantas mereka bunuh orang yang diserupakan itu sedang mereka
tidak mengetahuinya dengan jelas tentang hal itu. Kemudian Allah
mengangkat Isa kepada-Nya, dan dia (Isa) masih hidup dan kelak akan
turun ke muka bumi. Sebagaimana dalam Q.S An Nisaa’ 157-158.
Yahudi Dan Nashrani Adalah Orang-Orang Kafir Selama Tidak Beriman Kepada Nabi Muhammad SAW Dan Segala Apa Yang Dibawanya
Setelah Nabi Muhammad SAW diutus kepada seluruh umat manusia, maka tidak ada agama yang diterima di sisi Allah selain agama Islam. Allah SWT berfirman (artinya):
“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah hanya agama Islam.” (Ali Imran: 16).
“Dan
barangsiapa yang mencari selain dari agama Islam, maka sekali-kali
tidak akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
(Ali Imran: 85).
Atas dasar itu, Ahlul Kitab yang tidak mau beriman dengan apa yang dibawa oleh Muhammad SAW adalah orang-orang kafir. Allah SWT berfirman (artinya):
“Sesungguhnya
orang-orang kafir dari golongan Ahlul Kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk.” (Al Bayyinah: 6).
Rasulullah r bersabda:
لاَ
يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَلاَ
نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ
إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.
“Tidaklah
seorang pun yang mendengar tentang aku dari umat ini, baik Yahudi
maupun Nashrani, kemudian mati dalam keadaan tidak beriman kepada agama
yang aku diutus dengannya (Islam), kecuali pasti termasuk penduduk An
Naar.” (HR. Muslim).
Wallahu A’lam bish Shawab
Sumber : Buletin Islam AL ILMU Edisi: 54/II/III/ 1426
0 komentar:
Posting Komentar